Senin, 12 April 2010

KEBAHAGIAAN




Seseorang ditanya tentang makna kebahagiaan. "Kebahagiaan adalah tawa," katanya. Namun, ketika ia tertawa sendiri pada suatu pagi, saat istrinya baru saja dikuburkan minggu lalu, ia merasakannya sebagai tawa paling menyedihkan sepanjang hidupnya. Tawa yang sepi. Tawa yang mengguncang. "Kebahagiaan adalah kebersamaan," katanya lirih.

"Kebahagiaan adalah menemukan seseorang untuk kau peluk saat kau menangis-berbagi perih bersamanya. Dan, kesedihan adalah saat kau harus tertawa sendirian."

Mungkin, pepatah itu benar. Mungkin, juga tidak. Kebahagiaan sangat tergantung bagaimana kau berhasil memaknainya. Menjilat sebatang es krim cokelat di tengah gurun mungkin saja kebahagiaan, tetapi tidak di tempat lain yang dingin. Memiliki banyak uang mungkin saja kebahagiaan yang tak terperikan saat kita baru saja keluar dari lubang jarum kemiskinan, tetapi tidak bagi mereka yang yang tak lagi memiliki banyak pilihan dengan tumpukan uang itu. Kebahagiaan sangat khas pada diri dan hidup setiap orang. Kebahagiaan sangat tergantung.

Mungkin, situasi yang menentukan makna kebahagiaan itu, mungkin kehadiran seseorang yang lain, mungkin penantian yang panjang, atau mungkin justru kemungkinan-kemungkinan itu sendiri.

"Kebahagiaan adalah menemukan diri sendiri menjadi lebih bermakna di mata orang lain." Begitu kata orang suci. Bila kau menolong, bila kau bersedekah, bila seseorang datang menghampirimu meminta bantuanmu, bila kau dinantikan dan dirindukan, bila ibumu-ayahmu-adikmu-atau-nenekmu menangis haru karena sesuatu yang membahagiakanmu, kau tentu berbahagia. Kebahagiaan tentu tidak berlaku bila kau berbuat jahat, bila kedatanganmu disesalkan dan sama sekali tak diharapkan, bila orang-orang dekat di sekelilingmu tak peduli pada apa pun yang kau lakukan.

"Kapan kau pulang, Sayang? Ibu rindu padamu. Sehat, ya, di sana...," kata seorang ibu dari balik telepon ketika menghubungi anaknya di luar negeri. Si anak menangis. Namun, air mata tak selamanya bermakna perih. Air mata itu adalah kebahagiaan, bahwa jauh di sana, ada seorang perempuan tua yang sangat menyayanginya dan menantikan kepulangannya. Si Ibu juga menangis, tetapi tangis itu sejatinya adalah kebahagiaan; bahagia mendapati anaknya baik-baik saja dan menyelipkan segumam doa untuknya, "Ibu juga sehat, ya.... kakak baik-baik aja, kok, di sini."

dari buku "A Cat in My Eyes; Karena Bertanya Tak membuatmu Berdosa" karya Fahd Djibran, 2008

0 comments:

Posting Komentar

you can get inspiration for our life and also you can read many articles about love,sport,company,knowledge,and many others wait for my updated ya..